Senin, 22 Juni 2015



Analisis Manajemen Persediaan Obat- Obatan di RSUD A. WAHAB SJAHRANIE dengan Metode MRP dan Hubungannya dengan JIT

ABSTRAK
RSUD AW Sjahranie merupakan salah satu rumah sakit milik pemerintah provinsi Kalimantan Timur yang termasuk dalam perusahaan jasa di bidang kesehatan yang memperhatikan mutu pelayanan dengan baik, baik dari segi pelayanan dokter, perawat, termasuk dalam hal obat-obatan. Dalam memenuhi kebutuhan obat-obatan di RSUD AW Sjahranie dengan baik maka, rumah sakit membutuhkan suatu perencanaan bahan baku obat-obatan supaya produksi dapat berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya, dengan cara menerapkan sistem Material Requirement Planning (MRP). Perencanaan bahan baku obat-obatan sangat berpengaruh terhadap jalannya proses pelayanan jasa di RSUD AW Sjahranie. Pengelolaan persediaan obat-obatan menjadi fokus utama pada RSUD AW Sjaranie karena setiap pasien memerlukan obat-obatan untuk mendorong suatu proses penyembuhkan suatu penyakit serta, sebagian dari bahan baku pembuatan obat merupakan produk impor yang memiliki lead time dan biaya pemesanan yang tinggi. Untuk menetapkan unit yang dipesan ,maka digunakan metode Fixed Order Quantity (FOQ).Hasil peramalan digunakan untuk membuat Master Production Schedule (MPS). Data dari MPS tersebut digunakan untuk membuat Material Requirement Planning (MRP) produk. Hasil dari MRP produk digunakan untuk menghitung efesiensi seberapa baik kinerja persediaan obat-obatan di rumah sakit tersebut. Dalam penelitian ini menghasilkan efesiensi sebesar 39% pada obat Biosanbe, 54% pada obat Dulcolax Suppositoria Dws 10 mg, dan 73,88% padaAmpicilin  1 G. INJ.







Pendahuluan
A. Latar Belakang 
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abdul Wahab Sjahranie Samarinda sebagai Badan Layanan Umum Daerah adalah instansi di lingkungan pemerintahan yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan  produktivitas. Obat merupakan komponen pembiayaan terbesar dalam satu kali rawat inap pasien, melalui strategi empat tepat (tepat diagnosa, tepat dosis, tepat obat, dan tepat pemberian) sehingga pelayanan dan keamanan pasien dalam pemberian obat dapat terjamin. Walaupun demikian tetap melakukan MESO (Monitoring Efek Samping Obat). Kegiatan utama sebuah rumah sakit adalah menjual jasa perawatan, namun perawatan terhadap pasien tidak akan maksimal jika persediaan obat yang dimiliki rumah sakit tersebut tidak lengkap. Persediaan obat dalam suatu rumah sakit memiliki arti yang sangat penting karena persediaan obat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan suatu rumah sakit.Oleh karena itu, di perlakuan persediaan obat yang baik harus diterapkan oleh pihak rumah sakit untuk membentu kelancaran dalam kegiatan operasionalnya. Tanpa adanya persediaan, rumah sakit akan dihadapkan pada risiko tidak dapat memenuhi kebutuhan para pengguna jasa rumah sakit (pasien).
Persediaan meliputi semua barang yang dimiliki dengan tujuan untuk dijual kembali atau dikonsumsi dalam operasi normal perusahaan (Harnanto, 2002:222).
Pengelolaan persediaan obat dimulai dari pembeliaan, penyimpanan (gudang), prosedur permintaan dan pengeluaran barang, sampai ke sistem perhitungan fisik dan prosedur pemusnahan persediaan obat.selain itu di perlukan perencanaan bahan dalam memenuhi kebutuhan dari jadwal induk dan kemampuan fasilitas produksi dan rencana produksi harus di jalankan sesuai dengan rancangannya.Bagi perusahaan jasa perencanaan dan pengendalian, baik produksi maupun persediaan ini perlu mendapat perhatian tersendiri. Perencanaan meliputi merencanakan apa, bagaimana, kapan, dan berapa banyak suatu produk akan diproduksi. Hal tersebut sering menyebabkan terjadinya kelebihan atau penumpukan bahan baku maupun kekurangannya yang menyebabkan pembengkakan biaya, disamping terjadi kekurangan-kekurangan yang dapat mengganggu atau menghambat proses produksi dalam memenuhi permintaan konsumen. Untuk membantu memecahkan masalah di atas, khususnya masalah perencanaan kebutuhan bahan baku, telah dikembangkan sistem Material Requirements Planning (MRP). Dengan menerapkan sistem tersebut diharapkan pemenuhan kebutuhan bahan baku dapat dilakukan secara tepat, dan penentuan biaya persediaannya dapat ditetapkan seoptimal mungkin. Proses pengadaan bahan baku dan ketersediaannya dapat menunjang kelancaran proses produksi. Bagian Inventory Control dalam hal ini memegang peranan penting dalam melakukan pengendalian persediaan bahan baku, oleh karena itu diperlukan analisis yang baik dalam penentuan kuantitas dan waktu pemesanan bahan baku. Penentuan kuantitas dan waktu pemesanan yang baik tidak akan mengganggu kelancaran produksi dan dapat meminimasi total biaya produksi.

B. Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengendalian persediaan Obat-obatan di RSUD A. WAHAB SJAHRANIE dengan metode Material Requirement Planning (MRP) dan hubungannya dengan  Just In Time (JIT).
2.      Apa tujuan dari penggunaan Material Requirement Planning (MRP) dan JIT
3.      Apa keuntungan dan kerugian menggunakan metode Material Requitment Planning (MRP) dan JIT.
C. Tujuan Penelitian  
1.      Untuk mengetahui maksud dari MRP
2.      Untuk mengetahui Keuntungan dan kerugian menggunakan MRP
3.      Mampu mengontrol persediaan bahan baku dengan menggunakan metode MRP dan JIT
4.      Mampu merencanakan bahan baku yang diperlukan dan direncanakan dengan metode MRP
5.      Mengetahui cara kerja input output dan proses dengan menggunakan metode MRP
D. Manfaat Penelitian  
Bagi Perusahaan 
1.      Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan kebijakan perusahaan khususnya yang terkait dengan pengadaan bahan baku sehingga dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai input atau masukan untuk perencanaan kebutuhan bahan baku.
2.      Diharapkan dapat menjadi informasi bagi perusahaan untuk lebih meningkatkan produktifitas kinerja perusahaan. 
Bagi Peneliti
1.      Memperoleh gambaran secara langsung tentang dunia kerja dari     perusahaan yang diamati. 
2.      Dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama kuliah dalam praktek kerja lapangan, dan dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai perencanaan bahan baku yang digunakan. 
3.       Memperoleh informasi-informasi tentang apa saja yang akan dialami dalam dunia kerja dan kaitannya dengan teori-teori yang telah dipelajari. Disamping itu juga dapat meningkatkan kreatifitas mahasiswa dan membina sikap mental untuk menghadapi dunia kerja yang sebenarnya kelak.
Bagi pihak lain
1.      Dapat menjadikan referensi untuk kajian topik yang berkaitan dengan masalah yang sama dengan penulis
2.       Dapat menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai penelitian-penelitian yang berkaitan dengan material requrement planning (MRP) dan JIT.
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Pengertian persediaan
          menurut Hani Handoko (2000), persediaan (Inventory) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya-sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan baik internal maupun eksternal.
Sedangkan menurut Heizer dan Render (2005), “Persediaan mempresentasikan investasi utama pada banyak perusahaan. Investasi ini sering lebih besar dari pada seharusnya, karena perusahaan merasa mudah untuk memiliki persediaan “just-in-case” dibandingkan persediaan “just-in-time”.

B.     Manajemen Persediaan
Manajemen persediaan memerlukan perhatian yang penting dari pihak manajemen perusahaan karena manajemen yang buruk dapat menimbulkan masalah baik dalam kegiatan beroperasi maupun dalam bisnis.Maksud dari manajemen persediaan adalah untuk menentukan jumlah persediaan yang disimpan yaitu seberapa banyak persediaan yang disimpan, berapa banyak yang harus dipesan, dan kapan persediaan harus diisi kembali.

Indrajat dan Djoko Pranoto (2003) dalam Henmaidi dan Heryseptemberiza (2007) menyatakan “Manajemen persediaan (Inventory Control) adalah kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan penentuan kebutuhan material sehingga kebutuhan operasi dapat dipenuhi pada waktunya dan persediaan dapat ditekan secara optimal.
Manajemen persediaan merupakan suatu cara mengendalikan persediaan agar dapat melakukan pemesanan yang tepat yaitu dengan biaya yang optimal. Oleh karena itu konsep mengelola sangat penting diterapkan agar tujuan efektifitas dan efisiensi tercapai.

C.    Fungsi-Fungsi Persediaan
         Heizer dan Render (2005) mengatakan, persediaan dapat melayani beberapa fungsi yang akan menambahkan fleksibilitas operasi perusahaan. Empat fungsi persediaan adalah :
1.      Untuk men-“decouple” atau memisahkan beragam bagian proses produksi. Sebagai contoh, jika pasokan sebuah perusahaan berfluktuasi, maka mungkin diperlukan persediaan tambahan untuk men-“decouple” proses produksi dari pemasok.
2.      Untuk men-decouple perusahaan dari fluktuasi permintaan dan menyediakan persediaan barang-barang yang akan memberikan pilihan bagi pelanggan. Persediaan macam ini umumnya terjadi pada pedagang eceran.
3.       Untuk mengambil keuntungan diskon kuantitas, sebab pembelian dalam jumlah lebih besar dapat mengurangi biaya produksi atau pengiriman barang.
4.       Untuk menjaga pengaruh inflasi dan naiknya harga.



D.     Biaya Dalam Persediaan
             Pengambilan keputusan dapat mempengaruhi besarnya persediaan. Biaya-biayatersebut adalah: (Hani Handoko : 2000)
1.   Biaya Penyimpanan (holding cost atau carrying cost)
     Terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas barang yang dipesan semakin banyak, atau rata-rata persediaan semakin tinggi. Biaya persediaan biasanya berkisar antara 12%-40% dari biaya atau harga barang. Untuk perusahaan manufacturing biasanya biaya penyimpanan rata-rata secara konsisten sekitar 25%.

Biaya-biaya yang termasuk biaya penyimpanan adalah :
a.       Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk, penerangan, pemanas atau pendingin)
b.       Biaya modal (opportunity cost of capital, yaitu pendapatan alternatif atas dana yang   diinvestasikan dalam persediaan)
c.       Biaya keusangan.
d.      Biaya perhitungan phisik dan konsiliasi laporan.
e.       Biaya asuransi persediaan.
f.       Biaya pajak persediaan.
g.      Biaya pencurian, pengrusakan, atau perampokan.
h.      Biaya penanganan persediaan; dan sebagainya.

2. Biaya Pemesanan (pembelian)
Setiap kali suatu bahan dipesan, perusahaan menanggung biaya pemesanan. Biaya-biaya pemesanan secara terperinci meliputi :
a.       Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi
b.      Upah
c.       Biaya telepon
d.      Pengeluaran surat-menyurat
e.       Biaya pengepakan dan penimbangan
f.       Biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan
g.       Biaya pengiriman ke gudang
h.       Biaya hutang lancer; dan sebagainya.

3. Biaya Penyimpanan (manufacturing)
Bila bahan-bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri “dalam pabrik” perusahaan, perusahaan menghadapi biaya penyiapan (setup cost) untuk memproduksi komponen tertentu. Biaya-biaya ini terdiri dari :
a.       Biaya mesin-mesin menganggur
b.      Biaya persiapan tenaga kerja langsung
c.        Biaya scheduling
d.       Biaya ekspedisi; dan sebagainya.

4. Biaya Kehabisan atau Kekurangan Bahan
Biaya ini timbul bilamana persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan. Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan bahan adalah sebagai berikut :
a.       Kehilangan penjualan
b.      Kehilangan langganan
c.        Biaya pemesanan khusus
d.       Biaya ekspedisi
e.       Selisih harga
f.       Terganggunya operasi
g.      Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial, dan sebagainya.
Biaya kekurangan bahan sulit diukur dalam praktek, terutama karenakenyataan bahwa biaya ini sering merupakan opportunity cost yang sulit
diperkirakan secara objektif.

E.     Penggolongan Persediaan
Untuk mengakomodasi fungsi persediaan perusahaan memiliki empat jenis persediaan (Heizer dan Render : 2005) :
1.Persediaan Bahan Baku
Persediaan bahan baku (raw material inventory) dibeli tapi tidak diproses. Persediaan ini dapat digunakan untukdecoupling atau memisahkan para pemasok dari proses produksi. Bagaimanapun, pendekatan yang lebih disukai adalah menghapuskan keragaman mutu, kuantitas, atau waktu pengiriman pemasok sehingga pemisahan tidak lagi diperlukan. (Heizer dan Render : 2005)

2.Persediaan Barang Setengah Jadi
Persediaan barang setengah jadi (working-in-process–WIP inventory) adalah bahan baku atau komponen yang sudah mengalami beberapa perubahan tetapi belumselesai. Adanya WIP disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan untuk membuat sebuah produk (disebut siklus waktu-cycle time). Mengurangi siklus waktu berarti mengurangi persediaan. Sering kali tugas ini mudah: Dalam sebagian besar waktu yang digunakan sebuah produk ketika “sedang dibuat”, sebenarnya produk tersebut tidak mengalami proses apapun. (Heizer dan Render : 2005).

3.Persediaan Pemeliharaan/ Perbaikan/ Operasi
MRO adalah persediaan yang diperuntukkan bagi pasokan pemeliharaan, perbaikan, atau operasi (maintenance/repair/operating- MRO) yang diperlukan untuk menjaga agar permesinan dan proses produksi tetap produktif. MRO tetap ada karena kebutuhan dan waktu pemeliharaan dan perbaikan beberapa peralatan tidak diketahui. Walaupun permintaan persediaan MRO sering merupakan sebuah fungsijadwal pemeliharaan, permintaan MRO lain yang tidak dijadwalkan harus diantisipasi. (Heizer dan Render : 2005).
4.Persediaan Barang Jadi
Persediaan barang jadi (finished goods inventory) adalah produkyang sudah selesai dan menunggu pengiriman. Barang jadi bisa sajadisimpan karena permintaan pelanggan di masa depan tidak diketahui.(Heizer dan Render : 2005)

F.     Model-model persediaan yang sering digunakan adalah sebagai berikut :

1.      Permintaan Independen
yaitu permintaan untuk suatuproduk yang akan dibeli tidak tergantung pada rencanapembelian produk lain.
Untuk permintaan independen terdiri dari :
a. EOQ (Economic Order Quantity)
Fixed Order Quantity (FOQ) adalah suatu metode yang digunakan untuk memelihara jumlah unit yang dipesan tetap sama. Jumlah yang dipesan dapat ditentukan secara intuitif yaitu jumlah unit yang dipesan ditetaokan berdasarkan pengalaman manajer produksi selama beberapa bulan terakhir.
Rumus EOQ adalah 
Q= Jumlah optimal barang per pesanan
D = Permintaan tahunan barang persediaan dalam unit
S = Biaya pemesanan setiap pesan
H = Biaya penyimpanan perunit pertahun

2.      Permintaan Dependen
merupakan model yang lebih realistisdibandingkan dengan model permintaan independen.Teknik ini tidak hanya digunakan di perusahaan manufaktur, namun jugapada perusahaan restoran, rumah sakit dan lain-lain. Teknikyang digunakan disebut MRP (Material Requirements Planning)atau perencanaan kebutuhan bahan baku. Sistem MRP selain memberikan manfaat juga mempunyai beberapakemampuan, kemampuan sistem MRP menurut Nasution (2003 : 129), antara lain :
1. Mampu menentukan kebutuhan pada saat yang tepat
2. Membentuk kebutuhan minimal untuk setiap item
3. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan
4. Menentukan penjadwalan ulang jadwal yang  di rencanakan             

a.       Pengertian Material Requirement Planning (MRP)
Material Requirement Planning (MRP) dapat didefinisikan sebagai suatu teknik atau set prosedur yang sistematis dalam penentuan kuantitas serta waktu dalam proses pengendalian kebutuhan bahan terhadap komponen-komponen permintaan yang saling bergantungan.

b.      Tiga komponen atau input utama dari sistem MRP menurut Nasution (2003 :136)
1. Master Production Schedule (MPS)
MPS adalah jadwal produk utama yaitu data yang memberikan informasitentang jadwal dari produk-produk jadi yang harus diproduksi untukmemenuhi permintaan yang telah diramalkan.
2. Inventory Status Reqord (catatan persediaan)
Catatan persediaan merupakan data informasi yang akurat dan ketersediaanbarang jadi maupun komponen. Data ini mencakup nomor identifikasi tiap komponen,jumlah barang di gudang, jumlah yang akan dialokasikan, tingkatpersediaan minimum, komponen yang sedang dipesan dan waktu kedatangan serta tenggang waktupengadaan bagi tiap komponen.
3. Bill of Material (Daftar persediaan)
Bill of Material adalah data yang berisi tentang struktur produk yang detail komponen-komponen sub assembling (jenis, jumlah, dan spesifikasinya)hubungan suatu barang dan komponen-komponennya ditunjukan dalamsuatu struktur produk secara peringkat.


c.       Langkah–langkah dalam menerapkan metode MRP menurut antara lain :
1)  Netting procces
Menentukan kebutuhan bersih adalah selisih antara kebutuhan kotor (Gross Reqirement) dengan persediaan yang ada di tangan (on hand).
2)  Lotting Process
Menentukan jumlah pesanan tiap komponen yang didasarkan kebutuhanbersih (Net requirement) yang dihasilkan dari proses netting.
3)  Off setting Process
Menentukan waktu pemesanan yang direncanakan dengan mempertimbangkan tenggang  waktu (lead time) proses atau pemesananpada supplier.
4) Explosion Process
Menentukan jumlah tiap komponen untuk membuat sejumlah barang jadiyang diperlukan dengan menentukan Bill Of Material (BOM) dan kebutuhankotor tiap komponen.

d.      Manajemen  MRP
Rencana kebutuhan bahan baku bersifat tidak statis. Karena system MRP semakin terintegrasi dengan konsep JIT maka dibahas dua hal yaitu:

1.       MRP Dinamis
a.       Jika terjadi perubahan bill of material dengan cara merubah rancangan, jadwal dan proses produksi, maka system MRP berubah yaitu pada saat perubahan terhadap MPS (Master Production Schedule). Tanpa menghiraukan penyebab perubahan, model MRP dapat dimanipulasi untuk merefleksikan perubahan yang terjadi sehingga jadwal dapat diperbaharui.

b.      Perubahan seringkali terjadi secara berkala yang biasa disebut system nervousness yang dapat menimbulkan bencana dibagian pembelian dan produksi. Oleh karena itu konsekuensinya karyawan di bagian operasional diharapkan dapat mengurangi nervousness dengan mengevaluasi kebutuhan dan pengaruh perubahan sebelum membatalkan permintaan ke bagian lain. Untuk membatasi system nervousness, tersedia dua alat yaitu: Pagar waktu (Time Fences)  dan Pegging.

2.      MRP dan JIT
MRP dapat dinyatakan sebagai teknik perencanaan dan penjadwalan, sedangkan JIT dapat dinyatakan sebagai cara menggerakkan bahan baku secara cepat. Kedua konsep tersebut dapat diintegrasikan secara efektif dengan melalui:
1. Tahap pertama, paket MRP dikurangi misalnya yang semula mingguan menjadi harian atau jam-jam. Paket dalam hal ini diartikan sebagai unit waktu dalam system MRP.
2. Tahap kedua, rencana penerimaan yang merupakan bagian rencana pemesanan
perusahaan dalam system MRP dikomunikasikan melalui perakitan untuk tujuan produksi secara berurutan.
3.      Tahap ketiga, pergerakan persediaan di pabrik berdasarkan JIT.
4.      Tahap keempat, setelah produksi selesai, dipindahkan ke persediaan seperti biasa.Penerimaan produk ini menurunkan jumlah yang dibutuhakan untuk rencana pemesanan selanjutnya pada system MRP.

Penggabungan MRP dan JIT menghasilkan jadwal utama yang baik dan gambarankebutuhan yang akurat dari system MRP dan penurunan persediaan barang dalam proses.Meski demikian, penggunaan system MRP dengan paket kecil saja sudah bisa sangatefektif dalam mengurangi persediaan.
f.Kelebihan dan kelemahan  Material Requirement Planning
kelebihan MRP
-       Kemampuan member harga lebih kompetitif.
-       Mengurangi harga pejualan
-       Pelayanan pelanggan yang lebih baik
-       Respon terhadap permintaan pasar lebih baik
-          Kemampuan menggubah jadwal induk
-          Mengurangi biaya setup
-          Mengurangi  waktu menganggur.
-          Memberi catatan kemajuan sehingga manajer dapat merencanakan order sebelum pesanan actual diliris.
-          Memberitahu kapan memperlambat akan sebaik mempercepat.
-          Menundah atau membatalkan pesanan.
-          Mengubah kuantitas pesanan
-          Memajukan atau menundah batas waktu pesanan.
-          Membantu perencanaan kapasitas

Kelemahan
-       Problem utama penggunaan system MRP adalah integritas data, jika terdapat data salah pada data persediaan, bill material data kemudian juga akan menghasilkan data salah. Problem utama lainnya adalah MRP system membutuhkan data spesifik berapa lama perusahaan menggunakan berbagai komponen dalam memproduksi produk tertentu. Desain system ini jga mengasusmsikan bahwa “ lead time” dalam proses ini manufaktur sama untuk setiap item produk yang dibuat.
-       Proses manufaktur yang dimiliki perusahaan mungkin berbeda diberbagai tempat. Hal ini berakibat terjadinya daftar pesana yang berbeda karena perbedaan jarak yang jauh. The overall ERP system dapat digunakan untuk mengorganisasi persediaan dan kebutuhan menurut individu perusahaannya dan memungkinkan terjadinya komunikasi antar perusahaan sehingga dapat mendistribusikan setiap komponen pada kebutuhan perusahaan.
-       Hal ini mengindikasikan bahwa sebuah system enterprise perlu diterapkan sebelum menerapkan system MRP. System MRP system dibutuhkan untuk menghitung secara regular dengan benar. Bagaimana kebutuhan item sebenarnya yang harus disediakan untu proses produksi.
-       MRP tidak menghitung jumlah kapasitas produksi. Meskipun demikian, dalam jumlah yang besar perlu diterapkan suatu system. Dalam tingkatan lebih lanjut yaitu MRP II. MRP II adalah system yang mengintegrasikan aspek keuangan. System ini mencakup perencanaan kapasitas.

g. Perluasan MRP (Material Requirement Planning)
          Menurut Render & Heizer (2005 :181) dalam beberapa belakangan ini terlihat adanya perkembangan sejumlah perluasan MRP, tiga diantaranya adalah:
1. MRP Loop-Tertutup
            MRP Loop-tertutup adalah sebuah sistem yang menyiadakan umpan balik ke rencana kapasitas, jadwal produksi induk, dan rencana produksi sehingga perencanaan dapat tetap berlaku sepanjang waktu.



2. Perencanaan Kapasitas
             Perencanaan kapasitas suatu perencanaan sumber daya dalam sebuah pusat kerja untuk semua pekerjaan yang saat ini dibebankan pada suatu kerja tersebut, semua pekerjaan yang direncanakan, dan pesanan yang diharapkan. Menurut Daft (2006:628) perencanaan kapasitas adalah penentuan dan penyesuaian kemampuan organisasi untuk menghasilkan produk dan jasa agar dapat memenuhi permintaan. Ada beberapa hal untuk meningkatkan kapasitas, yaitu :
a.       Menciptakan perubahan tambahan dan mempekerjakan orang-orang untuk bekerja  pada mereka
b.      Meminta orang-orang yang ada untuk bekerja lembur untuk menambah kapasitas.
c.       Mengontrakan keluar pekerjaan ekstra kepada perusahaan lain.
d.      Memperluas pabrik dan menambahkan lebih banyak peralatan.


3.      Just In Time (JIT)
Merupakan pendekatan untuk meminimalkan total biayapenyimpanan dan persiapan yang berbeda dari pendekatantradisional. Pendekatan tradisional mengakui biaya penyiapandan kemudian menentukan kuantitas pesanan yangmerupakan saldo terbaik dari dua kategori biaya. Di pihak lain,JIT tidak mengakui biaya persiapan , tapi sebaliknya JITmencoba menekan biaya-biaya ini sampai nol. Jika biayapenyiapan tidak menjadi signifikan, maka biaya tersisa yangakan diminimalkan adalah biaya penyimpanan, yang dilakukandengan mengurangi persediaan sampai ketingkat yang sangatrendah. Pendekatan inilah yang mendorong untuk persediaannol dalam sistem JIT, yang dapat menyebabkan sesuatu terbuang percuma. Karena banyak manfaat dari JIT maka konsep ini sangat penting untuk dipelajari.

1.      Faktor kunci sukses dalam just in time :
Keunggulan kompetitif maka dapat disimpulkan bahwa ada tujuh factor kesuksesan JIT yaitu:
a.)    Suppliers
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
- Kedatangan material dan produk akhir termasuk  kesia-siaan.
- Pembeli dan pemasok membentuk kemitraan.
- Kemitraan JIT mengeliminir:
- Kegiatan yang tidak penting.
- Persediaan dalam perjalanan.
- Pemasok yang  jelek

b.)    Layout
Tata letak memungkinkan pengurangan kesia-siaan yang lain, yaitu pergerakan. Misalnyan pergerakan bahan baku maupun manusia menjadi fleksibel JIT mempersyaratkan
- Sel kerja untuk  product  family.
-  Pergerakan atau perubahan  mesin.
- Jarak yang pendek.
- Tempat yang kecil untuk persediaan.
- Pengiriman langsung ke area kerja.

c.)    Inventory
Persediaan dalam system produksi dan distribusi sering dadakan untuk berjaga-jaga. Tehnikpersediaan yang efektif memerlukan Just In Time bukan Just In Case. Persediaan Just InTime merupakan persediaan minimal yang diperlukan untuk mempertahankan operasisystem yang sempurna yaitu jumlah yang tepat tiba pada saat yang diperlukan bukan sebelum atau sesudah.

d.)   Schedulling
Jadwal yang efektif dikomunikasikan di dalam organisasi dan kepada pemasok, maka akansangat mendukung penerapan JIT. Penjadwalan yang lebih baik juga meningkatkankemampuan untuk memenuhi pesanan konsumen., menurunkan persediaan danmengurangi barang dalam proses.
JIT mensyaratkan:
a. Mengkomunikasikan penjadwakan kepada supplier.
b. Jadwal bertingkat.
c. Menekankan bagian dari skedul paling dekat dengan jatuh tempo.
d. lot kecil.
e. Tehnik Kanban.

e.)    Preventive Maintenance
Pemeliharaan dilakukan dalam rangka untuk menjaga hal-hal yang diinginkan supaya tidakterjadi atau tindakan pencegahan. Misalnya dengan cara pemeliharaan rutin pada fasilitas.



ANALISIS DAN PEMBAHASAN MASALAH
GAMBARAN UMUM RSUD A.W. SJAHRANIE

1.     Sejarah Singkat RSUD A.W. SJAHRANIE
Rumah sakit ini awalnya dibangun untuk menjaga kesehatan warga Belanda dan kaum Pribumi secara terbatas, maka pada tahun 1933 dibangunlah sebuah rumah sakit. Dikarenakan rumah sakit tersebut kepunyaan  Kerajaan  Kutai, sehingga diberi nama Landschap Hospitalatau bisa diartikan dengan Rumah Sakit Kerajaan . Lokasinya di Juliana atau Emma Straat (sekarang bernama Jalan Gurami) di daerah Selili, Kecamatan Samarinda Ulu. Sehingga lebih dikenal dengan nama Rumah Sakit Selili, dan saat ini ditempati Rumah Sakit Islam Samarinda. tanggal 13 Nopember 1976, Gubernur Kalimantan Timur (Bpk. Brigjend.Purn.Abdul Wahab Sjahranie) meresmikan pelayanan rawat jalan, dan sejak tanggal tersebut pelayanan rawat jalan terbagi 2 yaitu di RSU Selili dan RSU baru (RSU Segiri). Pelayanan rawat jalan meliputi beberapa poliklinik   spesialis  yaitu  4 besar spesialis,  ditambah spesialis  paru, spesialis THT,  pelayanan  gigi  dan mulut dan spesialis mata. Serta ditambah pelayanan penunjangnya meliputi Rehabilitasi  Medik, Laboratorium dan Farmasi.
Seiring dengan tuntutan perkembangan kebutuhan RSU, pada 12 Nopember 1977 mulai dilakukan proses pemindahan dari Selili ke Jl. Dr. Soetomo (lokasi Dekong) dimana tahap pertama pemindahanPoliklinik (rawat jalan) terlebih dahulu. Pada tahun 1983 dengan dana  Banpres (Bantuan Presiden) maka pembangunan gedung rawat inap   untuk kapasitas 200  tempat tidur  dapat terselesaikan. Kemudian pada  tanggal  21 Juli 1984 keseluruhan pelayanan RSU  dipindahkan  ke  Jl. Dr. Soetomo - Samarinda.
Pada tanggal 22 Februari 1986 diresmikan dengan nama Rumah Sakit Umum Abdul Wahab Sjahranie untuk mengenang jasa-jasa Brigjend. Purn. Abdul Wahab Sjahranie. RSUD A.W. Sjahranie  diresmikan  menjadi Rumah Sakit Kelas B dengan SK  Menkes  No: 1161/Menkes/SK/XII/1993, ditetapkan  di Jakarta pada tanggal 15 Desember 1993.
Pada Tahun  1999  RSUD  A.W. Sjahranie menjadi  Rumah  Sakit sebagai Unit Swadana Daerah, yaitu sistem pengelolaan keuangan dimana pendapatan fungsional  Rumah  Sakit  dapat dipergunakan secara langsung sebagai biaya operasional Rumah Sakit. Berdasarkan PERDA  No. 5 Tahun 2003, terjadi perubahan status dari UPTD Dinas  Kesehatan  Provinsi Kalimantan Timur  menjadi Lembaga Teknis Daerah. Berdasarkan Peraturan Daerah  Provinsi  Kalimantan Timur  No. 10 tahun2008,  dengan  memberikanpelayanan  dengan Pola
Pengelolaan Keuangan  Badan Layanan Umum Daerah dan  dilanjutkan dengan  Keputusan Gubernur Kalimantan Timur  Nomor : 445/K.225/2008, Tentang Penetapan  Rumah Sakit Umum Daerah  Provinsi Kalimantan Timur Sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
Dengan terakreditasinya 16 Pelayanan pada   tahun 2010 maka diajukanlah RSUD A.W. Sjahranie menjadi Rumah Sakit Pendidikan Kelas B berdasarkan ketetapan Menteri Kesehatan RI No: Ym.01.06/III/580/2010, pada tanggal 1 Februari 2010.  Pada tanggal 16 Desember 2012, mendapatkan Sertifikat berstandar Internasional ( ISO 9001 / 2008 oleh MS CERT).
Bertepatan dengan peringatan hari jadi Provinsi Kaltim ke-57, Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie (RSUD AWS) Samarinda memberikan kado indah dengan meraih sertifikat Rumah Sakit (RS) Tipe A dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Dari data yang dapat dihimpun para pemimpinan rumah sakit Abdul Wahab Sjahranie sejak jaman penjajahan hingga sekarang adalah sebagai berikut:
1. Dr. Gobler (1933-1935)
2. Dr. Hoffan (1935-1938)
3. Dr. R. Soewadji P. (1938-1942)
4. Dr. Abdul Rivai (1948-1951)
5. Dr. Avell Lemand (1951-1954)
6. Dr. L. Indoff (1954-1957)
7. Dr. Soemantoro (1957-1957)
8. Dr. Chan Bun Liang (1960-1966)
9. Dr. Waluyanto Hadisusilo (1966-1971)
10. Dr. H. Thamrinsyam (1971-1979)
11. Dr. H. Sofyan Agus (1979-1985)
12. Dr. H. Rawindra Soekardi, Sp.THT. (1985-1989)
13. Dr. T.M. Sinaga, MPH. (1989-1995)
14. Dr. H. Jusuf SK. (1995-1998)
15. Dr. H. Jusuf Enany, Sp.JP (1998-2001)
16. Dr. H. Awang Joenani (2001-2006)
17. Dr. H. Ajie Syirafuddin M. MR (2006-2013)
18. Dr. Rachim Dinata M., Sp.B, M. Kes (2013 – Sekarang)

2.      Visi, Misi, Falsafah, Motto dan Tujuan RSUD A.W. SJAHRANIE
1.      Visi
Menjadi Rumah Sakit Rujukan Pelayanan Kesehatan, Pendidikan dan Penelitian Terbaik di Kalimantan.
2.      Misi
a.       Menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia
b.      Melengkapi sarana dan prasarana
c.       Memberikan pelayanan prima
3.      Falsafah
Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia dalam pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian.
4.      Motto
BAKTI  Bersih  Aman  Kualitas Tertib Informatif
5.      Tujuan
Terciptanya pelayanan kesehatan yang paripurna bermutu dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.






ANALISIS DATA
Persediaan obat dan lead time penyediaan
No.
Jenis Obat
Kebutuhan per Unit Keluaran
Persediaan per 1-9-2014
Lead Time
1
Biosanbe 23
2000
100
2 minggu
2
Dulcolax Suppositoria Dws 10 mg 337
200
30
1 minggu
3
Ampicilin  1 G. INJ 1065
500
20
1 Minggu


Tabel MRP Obat-Obatan RSUD AW SJAHRANIE
Master Production Schedule (MPS)

Bulan
September
Oktober
November
Desember
Kebutuhan

1148

1189

Jadwal
Bulan
Sept
Okt
Nov
Des

Kebutuhan total



1148

Sediaan
100
100
100
100
Biosanbe
Kebutuhan netto



1048

Penerimaan pesanan



1048

Pengiriman pesanan


1048


Kebutuhan total


1048


Sediaan
30
30
30

Dulcolax Suppositoria Dws 10 mg
Kebutuhan netto


1018


Penerimaan pesanan


1018


Pengiriman pesanan
1018




Kebutuhan total


2337


Sediaan
20
20
20

Ampicilin  1 G. INJ
Kebutuhan netto


2317


Penerimaan pesanan


2317


Pengiriman pesanan

2317





SEPTEMBER

OKTOBER





NOVEMBER

DESEMBER







Efisiensi adalah suatu besaran yang menunjukan seberapa baik kinerja sebuah mesin atau TKM jika dibandingkan dengan tingkat keluaran standar.



PENUTUP
A. Kesimpulan
1.      RSUD Abdul Wahab Sjahranie merupakan rumah sakit milik pemerintah provinsi Kaltim yang memiliki pelayanan menyeluruh dari lapisan masyarakat tingkat atas hingga tingkat bawah.
2.      RSUD Abdul Wahab Sjahranie menerima resep umum dan jaminan (BPJS, Jamkesda, Inhealth, dan Perusahaan).
3.      Kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi RSUD Abdul Wahab Sjahranie berlangsung sistematis dan dilakukan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian ke tiap-tiap depo dan unit pelayanan kesehatan yang lain.
4.      Penyimpanan perbekalan farmasi di RSUD A.W. Sjahranie berdasarkan:
a.       Bentuk sediaan dan jenisnya
b.      Suhu, kestabilannya
c.       Mudah tidaknya meledak/terbakar
d.      Tahan atau tidaknya terhadap cahaya
5.      Sedangkan untuk kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi yang lain di tiap depo tidak memiliki banyak perbedaan, yang berbeda hanya pengadaan di Depo Farmasi Sakura yang juga mengorder langsung ke PBF dikarenakan melayani pasien VIP dan VVIP.
·         










DAFTAR PUSTAKA

Handoko, T. Hani. 2000. Manajemen. Edisi 2. BPFE : Yogyakarta.
Render, Barry dan Jay Heizer. 2005. Manajemen Operasi. Edisi Ketujuh. Buku 2.Jakarta: Salemba Empat


                 Indrajit, R. E. Djokopranoto, R. Manajemen Persediaan. Gramedia.
Jakarta. 2005

Erlina. Manajemen Persediaan. Fakultas Ekonomi Program StudiAkuntansi Universitas Sumatera Utara. 2002. Diambil dariwww.library.usu.ac.id/modules.php?op. Tanggal 2 September 2007




Tidak ada komentar:

Posting Komentar