Analisis Manajemen Persediaan Obat- Obatan di RSUD A.
WAHAB SJAHRANIE dengan Metode MRP dan Hubungannya
dengan JIT
ABSTRAK
RSUD AW Sjahranie merupakan salah
satu rumah sakit milik pemerintah provinsi Kalimantan Timur yang termasuk dalam perusahaan jasa di
bidang kesehatan yang memperhatikan mutu pelayanan dengan baik, baik dari segi
pelayanan dokter, perawat, termasuk dalam hal obat-obatan. Dalam memenuhi
kebutuhan obat-obatan di RSUD AW
Sjahranie dengan baik maka, rumah sakit membutuhkan suatu
perencanaan bahan baku obat-obatan supaya produksi dapat berjalan sesuai dengan
yang telah direncanakan sebelumnya, dengan cara menerapkan sistem Material
Requirement Planning (MRP). Perencanaan bahan baku obat-obatan sangat
berpengaruh terhadap jalannya proses pelayanan jasa di RSUD AW Sjahranie. Pengelolaan
persediaan obat-obatan menjadi fokus utama pada RSUD AW Sjaranie karena setiap pasien memerlukan
obat-obatan untuk mendorong suatu proses penyembuhkan suatu penyakit serta,
sebagian dari bahan baku pembuatan obat merupakan produk impor yang memiliki
lead time dan biaya pemesanan yang tinggi. Untuk menetapkan unit yang dipesan
,maka digunakan metode Fixed Order Quantity (FOQ).Hasil peramalan digunakan
untuk membuat Master Production Schedule (MPS). Data dari MPS tersebut
digunakan untuk membuat Material Requirement Planning (MRP) produk. Hasil dari
MRP produk digunakan untuk menghitung efesiensi seberapa baik kinerja
persediaan obat-obatan di rumah sakit tersebut. Dalam penelitian ini
menghasilkan efesiensi sebesar 39% pada obat Biosanbe, 54% pada obat Dulcolax
Suppositoria Dws 10 mg, dan 73,88% padaAmpicilin 1 G. INJ.
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda sebagai Badan Layanan Umum Daerah adalah instansi di lingkungan
pemerintahan yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa
penyediaan barang dan atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada
prinsip efisiensi dan produktivitas. Obat
merupakan komponen pembiayaan terbesar dalam satu kali rawat inap pasien,
melalui strategi empat tepat (tepat diagnosa, tepat dosis, tepat obat, dan
tepat pemberian) sehingga pelayanan dan keamanan pasien dalam pemberian obat
dapat terjamin. Walaupun demikian tetap melakukan MESO (Monitoring Efek Samping
Obat). Kegiatan utama
sebuah rumah sakit adalah menjual jasa perawatan, namun perawatan terhadap
pasien tidak akan maksimal jika persediaan obat yang dimiliki rumah sakit
tersebut tidak lengkap. Persediaan obat dalam suatu rumah sakit memiliki arti
yang sangat penting karena persediaan obat merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kualitas pelayanan suatu rumah sakit.Oleh karena itu, di perlakuan
persediaan obat yang baik harus diterapkan oleh pihak rumah sakit untuk
membentu kelancaran dalam kegiatan operasionalnya. Tanpa
adanya persediaan, rumah sakit akan dihadapkan pada risiko tidak dapat memenuhi
kebutuhan para pengguna jasa rumah sakit (pasien).
Persediaan
meliputi semua barang yang dimiliki dengan tujuan untuk dijual kembali atau
dikonsumsi dalam operasi normal perusahaan (Harnanto, 2002:222).
Pengelolaan
persediaan obat dimulai dari pembeliaan, penyimpanan (gudang), prosedur
permintaan dan pengeluaran barang, sampai ke sistem perhitungan fisik dan
prosedur pemusnahan persediaan obat.selain itu di perlukan perencanaan bahan
dalam memenuhi kebutuhan dari jadwal induk dan kemampuan fasilitas produksi dan
rencana produksi harus di jalankan sesuai dengan rancangannya.Bagi perusahaan
jasa perencanaan dan pengendalian, baik produksi maupun persediaan ini perlu
mendapat perhatian tersendiri. Perencanaan meliputi merencanakan apa,
bagaimana, kapan, dan berapa banyak suatu produk akan diproduksi. Hal tersebut
sering menyebabkan terjadinya kelebihan atau penumpukan bahan baku maupun
kekurangannya yang menyebabkan pembengkakan biaya, disamping terjadi
kekurangan-kekurangan yang dapat mengganggu atau menghambat proses produksi
dalam memenuhi permintaan konsumen. Untuk membantu memecahkan masalah di atas,
khususnya masalah perencanaan kebutuhan bahan baku, telah dikembangkan sistem Material Requirements Planning
(MRP). Dengan menerapkan sistem tersebut diharapkan pemenuhan kebutuhan bahan
baku dapat dilakukan secara tepat, dan penentuan biaya persediaannya dapat
ditetapkan seoptimal mungkin. Proses pengadaan bahan baku dan ketersediaannya
dapat menunjang kelancaran proses produksi. Bagian Inventory Control dalam hal
ini memegang peranan penting dalam melakukan pengendalian persediaan bahan
baku, oleh karena itu diperlukan analisis yang baik dalam penentuan kuantitas
dan waktu pemesanan bahan baku. Penentuan kuantitas dan waktu pemesanan yang
baik tidak akan mengganggu kelancaran produksi dan dapat meminimasi total biaya produksi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
pengendalian persediaan Obat-obatan di RSUD A. WAHAB SJAHRANIE dengan metode
Material Requirement Planning (MRP) dan hubungannya dengan Just In Time (JIT).
2. Apa
tujuan dari penggunaan Material Requirement Planning (MRP) dan JIT
3. Apa
keuntungan dan kerugian menggunakan metode Material Requitment Planning (MRP)
dan JIT.
C. Tujuan Penelitian
1.
Untuk mengetahui maksud dari MRP
2. Untuk
mengetahui Keuntungan dan kerugian menggunakan MRP
3. Mampu
mengontrol persediaan bahan baku dengan menggunakan metode MRP dan JIT
4. Mampu
merencanakan bahan baku yang diperlukan dan direncanakan dengan metode MRP
5. Mengetahui
cara kerja input output dan proses dengan menggunakan metode MRP
D. Manfaat Penelitian
Bagi Perusahaan
1.
Diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan untuk mengambil keputusan kebijakan perusahaan khususnya yang
terkait dengan pengadaan bahan baku sehingga dapat menjadikan hasil penelitian
ini sebagai input atau masukan untuk perencanaan kebutuhan bahan baku.
2. Diharapkan
dapat menjadi informasi bagi perusahaan untuk lebih meningkatkan produktifitas
kinerja perusahaan.
Bagi
Peneliti
1. Memperoleh
gambaran secara langsung tentang dunia kerja dari perusahaan yang diamati.
2. Dapat
menerapkan ilmu yang diperoleh selama kuliah dalam praktek kerja lapangan, dan
dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai perencanaan bahan baku yang
digunakan.
3. Memperoleh informasi-informasi tentang apa
saja yang akan dialami dalam dunia kerja dan kaitannya dengan teori-teori yang
telah dipelajari. Disamping itu juga dapat meningkatkan kreatifitas mahasiswa
dan membina sikap mental untuk menghadapi dunia kerja yang sebenarnya kelak.
Bagi pihak lain
1. Dapat
menjadikan referensi untuk kajian topik yang berkaitan dengan masalah yang sama
dengan penulis
2. Dapat menambah pengetahuan dan pemahaman
mengenai penelitian-penelitian yang berkaitan dengan material requrement
planning (MRP) dan JIT.
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian
persediaan
menurut Hani Handoko (2000), persediaan (Inventory) adalah suatu istilah
umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya-sumber daya organisasi
yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan baik internal
maupun eksternal.
Sedangkan menurut Heizer dan Render (2005), “Persediaan
mempresentasikan investasi utama pada banyak perusahaan. Investasi ini sering
lebih besar dari pada seharusnya, karena perusahaan merasa mudah untuk memiliki
persediaan “just-in-case” dibandingkan persediaan “just-in-time”.
B.
Manajemen Persediaan
Manajemen persediaan memerlukan
perhatian yang penting dari pihak manajemen perusahaan karena manajemen yang
buruk dapat menimbulkan masalah baik dalam kegiatan beroperasi maupun dalam
bisnis.Maksud
dari manajemen persediaan adalah untuk menentukan jumlah persediaan yang
disimpan yaitu seberapa banyak persediaan yang disimpan, berapa banyak yang
harus dipesan, dan kapan persediaan harus diisi kembali.
Indrajat dan Djoko Pranoto (2003) dalam Henmaidi dan Heryseptemberiza
(2007) menyatakan “Manajemen persediaan (Inventory Control) adalah
kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
penentuan kebutuhan material sehingga kebutuhan operasi dapat dipenuhi pada
waktunya dan persediaan dapat ditekan secara optimal.
Manajemen persediaan merupakan suatu cara
mengendalikan persediaan agar dapat melakukan pemesanan yang tepat yaitu dengan
biaya yang optimal. Oleh karena itu konsep mengelola sangat penting diterapkan agar tujuan efektifitas
dan efisiensi tercapai.
C.
Fungsi-Fungsi Persediaan
Heizer dan
Render (2005) mengatakan, persediaan dapat melayani beberapa fungsi yang akan
menambahkan fleksibilitas operasi perusahaan. Empat fungsi persediaan adalah :
1.
Untuk men-“decouple” atau
memisahkan beragam bagian proses produksi. Sebagai contoh, jika pasokan sebuah
perusahaan berfluktuasi, maka mungkin diperlukan persediaan tambahan untuk
men-“decouple” proses produksi dari pemasok.
2. Untuk
men-decouple perusahaan dari fluktuasi permintaan dan menyediakan
persediaan barang-barang yang akan memberikan pilihan bagi pelanggan.
Persediaan macam ini umumnya terjadi pada pedagang eceran.
3. Untuk mengambil keuntungan diskon kuantitas,
sebab pembelian dalam jumlah lebih besar dapat mengurangi biaya produksi atau
pengiriman barang.
4. Untuk menjaga pengaruh inflasi dan naiknya
harga.
D.
Biaya Dalam Persediaan
Pengambilan keputusan dapat mempengaruhi besarnya persediaan.
Biaya-biayatersebut adalah: (Hani Handoko : 2000)
1. Biaya Penyimpanan
(holding cost atau carrying cost)
Terdiri atas
biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya
penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas barang yang
dipesan semakin banyak, atau rata-rata persediaan semakin tinggi. Biaya
persediaan biasanya berkisar antara 12%-40% dari biaya atau harga barang. Untuk
perusahaan manufacturing biasanya biaya penyimpanan rata-rata secara
konsisten sekitar 25%.
Biaya-biaya yang termasuk biaya penyimpanan adalah :
a.
Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan
(termasuk, penerangan, pemanas atau pendingin)
b. Biaya modal (opportunity cost of capital,
yaitu pendapatan alternatif atas dana yang
diinvestasikan dalam persediaan)
c. Biaya
keusangan.
d. Biaya
perhitungan phisik dan konsiliasi laporan.
e. Biaya
asuransi persediaan.
f. Biaya
pajak persediaan.
g. Biaya
pencurian, pengrusakan, atau perampokan.
h. Biaya
penanganan persediaan; dan sebagainya.
2. Biaya Pemesanan (pembelian)
Setiap kali suatu
bahan dipesan, perusahaan menanggung biaya pemesanan. Biaya-biaya pemesanan
secara terperinci meliputi :
a.
Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi
b. Upah
c. Biaya
telepon
d. Pengeluaran
surat-menyurat
e. Biaya
pengepakan dan penimbangan
f. Biaya
pemeriksaan (inspeksi) penerimaan
g. Biaya pengiriman ke gudang
h. Biaya hutang lancer; dan sebagainya.
3. Biaya Penyimpanan (manufacturing)
Bila bahan-bahan
tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri “dalam pabrik” perusahaan, perusahaan
menghadapi biaya penyiapan (setup cost) untuk memproduksi komponen
tertentu. Biaya-biaya ini terdiri dari :
a.
Biaya mesin-mesin menganggur
b. Biaya
persiapan tenaga kerja langsung
c. Biaya scheduling
d. Biaya ekspedisi; dan sebagainya.
4. Biaya Kehabisan atau Kekurangan Bahan
Biaya ini timbul
bilamana persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan. Biaya-biaya yang
termasuk biaya kekurangan bahan adalah sebagai berikut :
a.
Kehilangan penjualan
b. Kehilangan
langganan
c. Biaya pemesanan khusus
d. Biaya ekspedisi
e. Selisih
harga
f. Terganggunya
operasi
g. Tambahan
pengeluaran kegiatan manajerial, dan sebagainya.
Biaya
kekurangan bahan sulit diukur dalam praktek, terutama karenakenyataan bahwa biaya ini sering merupakan opportunity
cost yang sulit
diperkirakan
secara objektif.
E. Penggolongan
Persediaan
Untuk mengakomodasi
fungsi persediaan perusahaan memiliki empat jenis persediaan (Heizer dan Render
: 2005) :
1.Persediaan Bahan Baku
Persediaan bahan
baku (raw material inventory) dibeli tapi tidak diproses. Persediaan ini
dapat digunakan untukdecoupling atau memisahkan para pemasok dari proses
produksi. Bagaimanapun, pendekatan yang lebih disukai adalah menghapuskan
keragaman mutu, kuantitas, atau waktu pengiriman pemasok sehingga pemisahan
tidak lagi diperlukan. (Heizer dan Render : 2005)
2.Persediaan
Barang Setengah Jadi
Persediaan barang
setengah jadi (working-in-process–WIP inventory) adalah bahan baku atau
komponen yang sudah mengalami beberapa perubahan tetapi belumselesai. Adanya
WIP disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan untuk membuat sebuah produk (disebut
siklus waktu-cycle time). Mengurangi siklus waktu berarti mengurangi
persediaan. Sering kali tugas ini mudah: Dalam sebagian besar waktu yang
digunakan sebuah produk ketika “sedang dibuat”, sebenarnya produk tersebut
tidak mengalami proses apapun. (Heizer dan Render : 2005).
3.Persediaan
Pemeliharaan/ Perbaikan/ Operasi
MRO adalah
persediaan yang diperuntukkan bagi pasokan pemeliharaan, perbaikan, atau
operasi (maintenance/repair/operating- MRO) yang diperlukan untuk
menjaga agar permesinan dan proses produksi tetap produktif. MRO tetap ada
karena kebutuhan dan waktu pemeliharaan dan perbaikan beberapa peralatan tidak
diketahui. Walaupun permintaan persediaan MRO sering merupakan sebuah
fungsijadwal pemeliharaan, permintaan MRO lain yang tidak dijadwalkan harus
diantisipasi. (Heizer dan Render : 2005).
4.Persediaan Barang Jadi
Persediaan barang jadi (finished goods inventory)
adalah produkyang sudah selesai dan menunggu pengiriman. Barang jadi bisa
sajadisimpan karena permintaan pelanggan di masa depan tidak diketahui.(Heizer
dan Render : 2005)
F. Model-model persediaan yang sering
digunakan adalah sebagai berikut :
1. Permintaan Independen
yaitu permintaan untuk suatuproduk yang akan dibeli
tidak tergantung pada rencanapembelian produk lain.
Untuk
permintaan independen terdiri dari :
a.
EOQ (Economic Order Quantity)
Fixed Order Quantity (FOQ) adalah suatu metode yang
digunakan untuk memelihara jumlah unit yang dipesan tetap sama. Jumlah yang
dipesan dapat ditentukan secara intuitif yaitu jumlah unit yang dipesan ditetaokan
berdasarkan pengalaman manajer produksi selama beberapa bulan terakhir.
Rumus EOQ adalah
Q= Jumlah optimal barang per pesanan
D = Permintaan tahunan barang persediaan dalam unit
S = Biaya pemesanan setiap pesan
H = Biaya penyimpanan perunit pertahun
2.
Permintaan
Dependen
merupakan model yang lebih realistisdibandingkan
dengan model permintaan independen.Teknik ini tidak hanya digunakan di
perusahaan manufaktur, namun jugapada perusahaan restoran, rumah sakit dan
lain-lain. Teknikyang digunakan disebut MRP (Material Requirements Planning)atau
perencanaan kebutuhan bahan baku. Sistem
MRP selain memberikan manfaat juga mempunyai beberapakemampuan, kemampuan
sistem MRP menurut Nasution (2003 : 129), antara lain :
1. Mampu menentukan kebutuhan pada saat yang tepat
2. Membentuk kebutuhan minimal untuk setiap item
3. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan
4. Menentukan
penjadwalan ulang jadwal yang di
rencanakan
a.
Pengertian Material Requirement Planning (MRP)
Material Requirement Planning (MRP) dapat
didefinisikan sebagai suatu teknik atau set prosedur yang sistematis dalam
penentuan kuantitas serta waktu dalam proses pengendalian kebutuhan bahan
terhadap komponen-komponen permintaan yang saling bergantungan.
b. Tiga
komponen atau input utama dari sistem MRP menurut Nasution (2003 :136)
1. Master Production Schedule (MPS)
MPS adalah jadwal
produk utama yaitu data yang memberikan informasitentang jadwal dari
produk-produk jadi yang harus diproduksi untukmemenuhi permintaan yang telah
diramalkan.
2. Inventory Status Reqord (catatan persediaan)
Catatan persediaan
merupakan data informasi yang akurat dan ketersediaanbarang jadi maupun
komponen. Data ini mencakup nomor identifikasi tiap komponen,jumlah barang di
gudang, jumlah yang akan dialokasikan, tingkatpersediaan minimum, komponen yang
sedang dipesan dan waktu kedatangan serta tenggang waktupengadaan bagi tiap
komponen.
3. Bill of Material (Daftar persediaan)
Bill of Material adalah data yang berisi tentang struktur produk yang
detail komponen-komponen sub assembling (jenis, jumlah, dan
spesifikasinya)hubungan suatu barang dan komponen-komponennya ditunjukan
dalamsuatu struktur produk secara peringkat.
c. Langkah–langkah
dalam menerapkan metode MRP menurut antara lain :
1) Netting
procces
Menentukan
kebutuhan bersih adalah selisih antara kebutuhan kotor (Gross Reqirement) dengan
persediaan yang ada di tangan (on hand).
2) Lotting
Process
Menentukan jumlah
pesanan tiap komponen yang didasarkan kebutuhanbersih (Net requirement)
yang dihasilkan dari proses netting.
3) Off setting
Process
Menentukan waktu
pemesanan yang direncanakan dengan mempertimbangkan tenggang waktu (lead time) proses atau
pemesananpada supplier.
4) Explosion Process
Menentukan jumlah
tiap komponen untuk membuat sejumlah barang jadiyang diperlukan dengan menentukan
Bill Of Material (BOM) dan kebutuhankotor tiap komponen.
d. Manajemen MRP
Rencana kebutuhan
bahan baku bersifat tidak statis. Karena
system MRP semakin terintegrasi dengan konsep JIT maka dibahas dua hal yaitu:
1.
MRP Dinamis
a. Jika terjadi perubahan bill of material dengan cara
merubah rancangan, jadwal dan proses produksi, maka system MRP berubah yaitu
pada saat perubahan terhadap MPS (Master Production Schedule). Tanpa
menghiraukan penyebab perubahan, model MRP dapat dimanipulasi untuk
merefleksikan perubahan yang terjadi sehingga jadwal dapat diperbaharui.
b. Perubahan seringkali terjadi secara berkala yang biasa disebut system nervousness
yang dapat menimbulkan
bencana dibagian pembelian dan produksi. Oleh karena itu konsekuensinya
karyawan di bagian operasional diharapkan dapat mengurangi nervousness dengan
mengevaluasi kebutuhan dan pengaruh perubahan sebelum membatalkan permintaan ke
bagian lain. Untuk membatasi system nervousness, tersedia dua
alat yaitu: Pagar
waktu (Time
Fences) dan Pegging.
2.
MRP dan JIT
MRP
dapat dinyatakan sebagai teknik perencanaan dan penjadwalan, sedangkan JIT
dapat dinyatakan sebagai cara menggerakkan bahan baku secara cepat. Kedua
konsep tersebut dapat diintegrasikan secara efektif dengan melalui:
1. Tahap pertama, paket
MRP dikurangi misalnya yang semula mingguan menjadi harian atau jam-jam. Paket
dalam hal ini diartikan sebagai unit waktu dalam system MRP.
2. Tahap kedua, rencana
penerimaan yang merupakan bagian rencana pemesanan
perusahaan dalam system
MRP dikomunikasikan melalui perakitan untuk tujuan produksi secara berurutan.
3.
Tahap ketiga, pergerakan persediaan di
pabrik berdasarkan JIT.
4. Tahap
keempat, setelah produksi selesai, dipindahkan ke persediaan seperti
biasa.Penerimaan produk ini menurunkan jumlah yang dibutuhakan untuk rencana
pemesanan selanjutnya pada system MRP.
Penggabungan MRP
dan JIT menghasilkan jadwal utama yang baik dan gambarankebutuhan yang akurat
dari system MRP dan penurunan persediaan barang dalam proses.Meski demikian,
penggunaan system MRP dengan paket kecil saja sudah bisa sangatefektif dalam
mengurangi persediaan.
f.Kelebihan
dan kelemahan Material Requirement
Planning
kelebihan
MRP
- Kemampuan
member harga lebih kompetitif.
- Mengurangi
harga pejualan
- Pelayanan
pelanggan yang lebih baik
- Respon
terhadap permintaan pasar lebih baik
-
Kemampuan menggubah jadwal induk
-
Mengurangi biaya setup
-
Mengurangi waktu menganggur.
-
Memberi catatan kemajuan sehingga
manajer dapat merencanakan order sebelum pesanan actual diliris.
-
Memberitahu kapan memperlambat akan
sebaik mempercepat.
-
Menundah atau membatalkan pesanan.
-
Mengubah kuantitas pesanan
-
Memajukan atau menundah batas waktu
pesanan.
-
Membantu perencanaan kapasitas
Kelemahan
- Problem
utama penggunaan system MRP adalah integritas data, jika terdapat data salah
pada data persediaan, bill material data kemudian juga akan menghasilkan data
salah. Problem utama lainnya adalah MRP system membutuhkan data spesifik berapa
lama perusahaan menggunakan berbagai komponen dalam memproduksi produk
tertentu. Desain system ini jga mengasusmsikan bahwa “ lead time” dalam proses
ini manufaktur sama untuk setiap item produk yang dibuat.
- Proses
manufaktur yang dimiliki perusahaan mungkin berbeda diberbagai tempat. Hal ini
berakibat terjadinya daftar pesana yang berbeda karena perbedaan jarak yang
jauh. The overall ERP system dapat digunakan untuk mengorganisasi persediaan
dan kebutuhan menurut individu perusahaannya dan memungkinkan terjadinya
komunikasi antar perusahaan sehingga dapat mendistribusikan setiap komponen
pada kebutuhan perusahaan.
- Hal
ini mengindikasikan bahwa sebuah system enterprise perlu diterapkan sebelum
menerapkan system MRP. System MRP system dibutuhkan untuk menghitung secara
regular dengan benar. Bagaimana kebutuhan item sebenarnya yang harus disediakan
untu proses produksi.
- MRP
tidak menghitung jumlah kapasitas produksi. Meskipun demikian, dalam jumlah
yang besar perlu diterapkan suatu system. Dalam tingkatan lebih lanjut yaitu
MRP II. MRP II adalah system yang mengintegrasikan aspek keuangan. System ini
mencakup perencanaan kapasitas.
g.
Perluasan MRP (Material Requirement Planning)
Menurut
Render & Heizer (2005 :181) dalam beberapa belakangan ini terlihat adanya
perkembangan sejumlah perluasan MRP, tiga diantaranya adalah:
1. MRP Loop-Tertutup
MRP Loop-tertutup adalah sebuah sistem yang
menyiadakan umpan balik ke rencana kapasitas, jadwal produksi induk, dan
rencana produksi sehingga perencanaan dapat tetap berlaku sepanjang waktu.
2. Perencanaan Kapasitas
Perencanaan
kapasitas suatu perencanaan sumber daya dalam sebuah pusat kerja untuk semua
pekerjaan yang saat ini dibebankan pada suatu kerja tersebut, semua pekerjaan
yang direncanakan, dan pesanan yang diharapkan. Menurut Daft (2006:628)
perencanaan kapasitas adalah penentuan dan penyesuaian kemampuan organisasi
untuk menghasilkan produk dan jasa agar dapat memenuhi permintaan. Ada beberapa
hal untuk meningkatkan kapasitas, yaitu :
a.
Menciptakan perubahan tambahan dan
mempekerjakan orang-orang untuk bekerja
pada mereka
b. Meminta
orang-orang yang ada untuk bekerja lembur untuk menambah kapasitas.
c. Mengontrakan
keluar pekerjaan ekstra kepada perusahaan lain.
d. Memperluas
pabrik dan menambahkan lebih banyak peralatan.
3.
Just
In Time (JIT)
Merupakan
pendekatan untuk meminimalkan total biayapenyimpanan dan persiapan yang berbeda
dari pendekatantradisional. Pendekatan tradisional mengakui biaya penyiapandan
kemudian menentukan kuantitas pesanan yangmerupakan saldo terbaik dari dua
kategori biaya. Di pihak lain,JIT tidak mengakui biaya persiapan , tapi
sebaliknya JITmencoba menekan biaya-biaya ini sampai nol. Jika biayapenyiapan
tidak menjadi signifikan, maka biaya tersisa yangakan diminimalkan adalah biaya
penyimpanan, yang dilakukandengan mengurangi persediaan sampai ketingkat yang
sangatrendah. Pendekatan inilah yang mendorong untuk persediaannol dalam sistem
JIT, yang dapat menyebabkan sesuatu
terbuang percuma. Karena banyak manfaat dari JIT maka konsep ini sangat penting
untuk dipelajari.
1.
Faktor kunci
sukses dalam just in time :
Keunggulan kompetitif maka dapat disimpulkan bahwa ada
tujuh factor kesuksesan JIT yaitu:
a.)
Suppliers
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
- Kedatangan material dan produk akhir
termasuk kesia-siaan.
- Pembeli dan pemasok membentuk
kemitraan.
- Kemitraan JIT mengeliminir:
- Kegiatan yang tidak penting.
- Persediaan dalam perjalanan.
- Pemasok yang jelek
b.)
Layout
Tata letak
memungkinkan pengurangan kesia-siaan yang lain, yaitu pergerakan. Misalnyan
pergerakan bahan baku maupun manusia menjadi fleksibel JIT mempersyaratkan
- Sel kerja untuk
product family.
- Pergerakan atau perubahan mesin.
-
Jarak yang pendek.
-
Tempat yang kecil untuk persediaan.
- Pengiriman langsung ke area kerja.
c.)
Inventory
Persediaan dalam
system produksi dan distribusi sering dadakan untuk berjaga-jaga.
Tehnikpersediaan yang efektif memerlukan Just In Time bukan Just In Case.
Persediaan Just InTime merupakan persediaan minimal yang diperlukan untuk
mempertahankan operasisystem yang sempurna yaitu jumlah yang tepat tiba pada
saat yang diperlukan bukan sebelum atau sesudah.
d.)
Schedulling
Jadwal yang efektif
dikomunikasikan di dalam organisasi dan kepada pemasok, maka akansangat
mendukung penerapan JIT. Penjadwalan yang lebih baik juga meningkatkankemampuan
untuk memenuhi pesanan konsumen., menurunkan persediaan danmengurangi barang
dalam proses.
JIT mensyaratkan:
a. Mengkomunikasikan penjadwakan kepada supplier.
b. Jadwal bertingkat.
c. Menekankan bagian dari skedul paling dekat dengan
jatuh tempo.
d. lot kecil.
e. Tehnik Kanban.
e.)
Preventive
Maintenance
Pemeliharaan
dilakukan dalam rangka untuk menjaga hal-hal yang diinginkan supaya
tidakterjadi atau tindakan pencegahan. Misalnya dengan cara pemeliharaan rutin
pada fasilitas.
ANALISIS
DAN PEMBAHASAN MASALAH
GAMBARAN
UMUM RSUD A.W. SJAHRANIE
1.
Sejarah
Singkat RSUD A.W. SJAHRANIE
Rumah sakit ini awalnya dibangun untuk menjaga kesehatan
warga Belanda dan kaum Pribumi secara terbatas, maka pada tahun 1933
dibangunlah sebuah rumah sakit. Dikarenakan rumah sakit
tersebut kepunyaan Kerajaan Kutai, sehingga diberi
nama Landschap Hospitalatau bisa diartikan dengan Rumah Sakit Kerajaan .
Lokasinya di Juliana atau Emma Straat (sekarang bernama Jalan Gurami) di daerah
Selili, Kecamatan Samarinda Ulu. Sehingga lebih dikenal dengan nama Rumah Sakit
Selili, dan saat ini ditempati Rumah Sakit Islam Samarinda. tanggal 13 Nopember
1976, Gubernur Kalimantan Timur (Bpk. Brigjend.Purn.Abdul Wahab Sjahranie)
meresmikan pelayanan rawat jalan, dan sejak tanggal tersebut pelayanan rawat
jalan terbagi 2 yaitu di RSU Selili dan RSU baru (RSU Segiri). Pelayanan rawat
jalan meliputi
beberapa poliklinik spesialis yaitu 4
besar spesialis, ditambah spesialis paru, spesialis
THT, pelayanan gigi dan mulut dan spesialis
mata. Serta ditambah pelayanan penunjangnya meliputi
Rehabilitasi Medik, Laboratorium dan Farmasi.
Seiring
dengan tuntutan perkembangan kebutuhan RSU, pada 12 Nopember 1977 mulai
dilakukan proses pemindahan dari Selili ke Jl. Dr. Soetomo (lokasi Dekong) dimana
tahap pertama pemindahanPoliklinik (rawat jalan) terlebih dahulu. Pada tahun
1983 dengan dana Banpres (Bantuan Presiden) maka pembangunan gedung
rawat inap untuk kapasitas 200 tempat
tidur dapat terselesaikan. Kemudian
pada tanggal 21 Juli 1984 keseluruhan pelayanan
RSU dipindahkan ke Jl. Dr. Soetomo -
Samarinda.
Pada
tanggal 22 Februari 1986 diresmikan dengan nama Rumah Sakit Umum Abdul Wahab
Sjahranie untuk mengenang jasa-jasa Brigjend. Purn. Abdul Wahab Sjahranie. RSUD
A.W. Sjahranie diresmikan menjadi Rumah Sakit Kelas B
dengan SK Menkes No: 1161/Menkes/SK/XII/1993, ditetapkan di
Jakarta pada tanggal 15 Desember 1993.
Pada
Tahun 1999 RSUD A.W. Sjahranie
menjadi Rumah Sakit sebagai Unit Swadana Daerah, yaitu
sistem pengelolaan keuangan dimana pendapatan
fungsional Rumah Sakit dapat dipergunakan
secara langsung sebagai biaya operasional Rumah Sakit. Berdasarkan PERDA No.
5 Tahun 2003, terjadi perubahan status dari UPTD Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Timur menjadi Lembaga Teknis Daerah. Berdasarkan Peraturan
Daerah Provinsi Kalimantan Timur No. 10 tahun2008, dengan memberikanpelayanan dengan
Pola
Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah dan dilanjutkan
dengan Keputusan Gubernur Kalimantan Timur Nomor :
445/K.225/2008, Tentang Penetapan Rumah Sakit Umum
Daerah Provinsi Kalimantan Timur Sebagai Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD).
Dengan
terakreditasinya 16 Pelayanan pada tahun 2010 maka diajukanlah
RSUD A.W. Sjahranie menjadi Rumah Sakit Pendidikan Kelas B berdasarkan
ketetapan Menteri Kesehatan RI No: Ym.01.06/III/580/2010, pada tanggal 1 Februari
2010. Pada tanggal 16 Desember 2012, mendapatkan Sertifikat
berstandar Internasional ( ISO 9001 / 2008 oleh MS CERT).
Bertepatan
dengan peringatan hari jadi Provinsi Kaltim ke-57, Rumah Sakit Umum Daerah
Abdul Wahab Sjahranie (RSUD AWS) Samarinda memberikan kado indah dengan
meraih sertifikat Rumah Sakit (RS) Tipe A dari Kementerian Kesehatan
(Kemenkes).
Dari
data yang dapat dihimpun para pemimpinan rumah sakit Abdul Wahab Sjahranie
sejak jaman penjajahan hingga sekarang adalah sebagai berikut:
1. Dr. Gobler
(1933-1935)
2. Dr. Hoffan
(1935-1938)
3. Dr. R. Soewadji
P. (1938-1942)
4. Dr. Abdul Rivai
(1948-1951)
5. Dr. Avell
Lemand (1951-1954)
6. Dr. L. Indoff
(1954-1957)
7. Dr. Soemantoro
(1957-1957)
8. Dr. Chan Bun
Liang (1960-1966)
9. Dr. Waluyanto Hadisusilo
(1966-1971)
10. Dr. H. Thamrinsyam
(1971-1979)
11. Dr. H. Sofyan
Agus (1979-1985)
12. Dr. H.
Rawindra Soekardi, Sp.THT. (1985-1989)
13. Dr. T.M.
Sinaga, MPH. (1989-1995)
14. Dr. H. Jusuf
SK. (1995-1998)
15. Dr. H. Jusuf
Enany, Sp.JP (1998-2001)
16. Dr. H. Awang
Joenani (2001-2006)
17. Dr. H. Ajie
Syirafuddin M. MR (2006-2013)
18. Dr. Rachim
Dinata M., Sp.B, M. Kes (2013 – Sekarang)
2.
Visi,
Misi, Falsafah, Motto dan Tujuan RSUD A.W. SJAHRANIE
1. Visi
Menjadi
Rumah Sakit Rujukan Pelayanan Kesehatan, Pendidikan dan Penelitian Terbaik di
Kalimantan.
2. Misi
a. Menyiapkan
dan mengembangkan sumber daya manusia
b. Melengkapi
sarana dan prasarana
c. Memberikan
pelayanan prima
3. Falsafah
Menjunjung
tinggi harkat dan martabat manusia dalam pelayanan kesehatan, pendidikan dan
penelitian.
4. Motto
BAKTI Bersih
Aman Kualitas Tertib Informatif
5. Tujuan
Terciptanya pelayanan
kesehatan yang paripurna bermutu dan terjangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat.
ANALISIS DATA
Persediaan obat dan lead time penyediaan
No.
|
Jenis
Obat
|
Kebutuhan
per Unit Keluaran
|
Persediaan
per 1-9-2014
|
Lead
Time
|
1
|
Biosanbe 23
|
2000
|
100
|
2 minggu
|
2
|
Dulcolax Suppositoria Dws 10 mg 337
|
200
|
30
|
1 minggu
|
3
|
Ampicilin 1 G. INJ 1065
|
500
|
20
|
1 Minggu
|
Tabel MRP Obat-Obatan RSUD AW SJAHRANIE
Master Production Schedule (MPS)
Bulan
|
September
|
Oktober
|
November
|
Desember
|
Kebutuhan
|
|
1148
|
|
1189
|
Jadwal
|
Bulan
|
Sept
|
Okt
|
Nov
|
Des
|
|
Kebutuhan total
|
|
|
|
1148
|
|
Sediaan
|
100
|
100
|
100
|
100
|
Biosanbe
|
Kebutuhan netto
|
|
|
|
1048
|
|
Penerimaan pesanan
|
|
|
|
1048
|
|
Pengiriman pesanan
|
|
|
1048
|
|
|
Kebutuhan total
|
|
|
1048
|
|
|
Sediaan
|
30
|
30
|
30
|
|
Dulcolax Suppositoria Dws 10 mg
|
Kebutuhan netto
|
|
|
1018
|
|
|
Penerimaan pesanan
|
|
|
1018
|
|
|
Pengiriman pesanan
|
1018
|
|
|
|
|
Kebutuhan total
|
|
|
2337
|
|
|
Sediaan
|
20
|
20
|
20
|
|
Ampicilin 1 G. INJ
|
Kebutuhan netto
|
|
|
2317
|
|
|
Penerimaan pesanan
|
|
|
2317
|
|
|
Pengiriman pesanan
|
|
2317
|
|
|
SEPTEMBER
NOVEMBER
DESEMBER
Efisiensi adalah suatu besaran yang menunjukan
seberapa baik kinerja sebuah mesin atau TKM jika dibandingkan dengan tingkat
keluaran standar.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. RSUD Abdul Wahab
Sjahranie merupakan rumah sakit milik pemerintah provinsi Kaltim yang memiliki
pelayanan menyeluruh dari lapisan masyarakat tingkat atas hingga tingkat bawah.
2. RSUD
Abdul Wahab Sjahranie menerima resep umum dan jaminan (BPJS, Jamkesda,
Inhealth, dan Perusahaan).
3. Kegiatan
pengelolaan perbekalan farmasi RSUD Abdul Wahab Sjahranie berlangsung
sistematis dan dilakukan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang meliputi
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian ke tiap-tiap
depo dan unit pelayanan kesehatan yang lain.
4. Penyimpanan
perbekalan farmasi di RSUD A.W. Sjahranie berdasarkan:
a. Bentuk
sediaan dan jenisnya
b. Suhu,
kestabilannya
c. Mudah
tidaknya meledak/terbakar
d. Tahan
atau tidaknya terhadap cahaya
5. Sedangkan
untuk kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi yang lain di tiap depo tidak
memiliki banyak perbedaan, yang berbeda hanya pengadaan di Depo Farmasi Sakura
yang juga mengorder langsung ke PBF dikarenakan melayani pasien VIP dan VVIP.
·
DAFTAR PUSTAKA
Handoko, T. Hani. 2000. Manajemen. Edisi 2. BPFE :
Yogyakarta.
Render, Barry dan Jay
Heizer. 2005. Manajemen Operasi. Edisi Ketujuh. Buku 2.Jakarta: Salemba
Empat
Indrajit, R. E. Djokopranoto, R. Manajemen Persediaan. Gramedia.
Jakarta. 2005
Erlina. Manajemen Persediaan. Fakultas Ekonomi Program StudiAkuntansi
Universitas Sumatera Utara. 2002. Diambil
dariwww.library.usu.ac.id/modules.php?op. Tanggal 2 September 2007